C-PoLSis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Seminar Nasional ‘’Indonesia, China dan Barat dalam Geopolitik Timur Tengah’’’ yang diadakan secara offline bertempat di Ruang Teater Lantai 4 Perpustakaan UIN Walisongo Semarang dan online melalui via zoom meeting dan youtube, Selasa (14/05/2024).
Acara ini dihadiri oleh Rektor UIN Walisongo Semarang (Prof. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag) sekaligus membuka acara seminar nasional kali ini, Dekan FISIP UIN Walisongo (Prof. Dr. H. Imam Yahya, M.Ag), Para Wakil Dekan FISIP UIN Walisongo, Direktur Sino-Nusantara Institute (Ahmad Syaifuddin Zuhri, S. IP., LM), Editor Senior Harian Suara Merdeka (Gunawan Permadi, M.A), Dosen FISIP UIN Walisongo.
Dekan FISIP UIN Walisongo, Imam Yahya berharap dengan adanya seminar ini dapat memberikan semangat kepada semua mahasiswa FISIP UIN Walisongo karena mengingat saingan tidak hanya di lingkungan PTKIN tetapi juga baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.
‘’Tentu, dengan acara seminar ini memberikan semangat kepada semua mahasiswa FISIP UIN Walisongo karena bahwa di FISIP ini saingan kita tidak hanya di lingkungan PTKIN tetapi juga di perguruan tinggi negeri yang lainnya di wilayah semarang bahkan juga di beberapa perguruan tinggi swasta,’’harapnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap dengan adanya semangat ini dapat memberikan support kepada seluruh civitas FISIP UIN Walisongo Semarang dalam rangka menyambut dua prodi baru nantinya.
‘’Dengan adanya semangat ini dapat memberikan support kepada seluruh civitas FISIP UIN Walisongo Semarang. Untuk menyambut prodi baru yakni prodi hubungan internasional dan administrasi kebijakan publik,’’tambahnya.
Perwakilan Direktur Sino-Nusantara Institute menjelaskan latar belakang antara kesesuaian wilayah tempat timur tengah dengan tema dalam acara seminar nasional kali ini.
‘Latar belakang kegiatan ini berdasarkan laporan media menunjukkan bahwa sekitar 34 ribu warga sipil di Timur Tengah menjadi korban yang oleh para aktivis hak asasi manusia disebut sebagai genosida. Reaksi dari kelompok berbasis Islam terhadap tindakan ini adalah bahwa tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Namun, dalam pandangan ilmu hubungan internasional, perang sering dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Oleh karena itu, manusia sering kali dianggap sebagai objek dari peperangan itu sendiri,’’jelasnya.
Lanjut kedua, Perwakilan Sino Nusantara Institute dari pernyataan sebelumnya kemudian berupaya untuk bekerjasama dengan pihak FISIP UIN Walisongo Semarang.
‘’Namun, kita diskusikan dalam ranah Sino Nusantara Institute nampaknya tidak lucu. Sehingga kami, berupaya untuk menggandeng FISIP UIN Walisongo Semarang,’’.
Perwakilan Sino Nusantara Institute berharap bahwa dengan didirikannya dua program studi di lingkungan FISIP UIN Walisongo, termasuk program studi Hubungan Internasional dapat mendorong diskusi yang lebih sering mengenai isu-isu global.
‘’Kami mendengar wacana untuk pendirian prodi hubungan internasional UIN Walisongo Semarang mudah-mudahan bisa lebih cepat dan tentunya lancar, sehingga tentunya kita bisa sering berdiskusi terkait dengan isu global,’’ujarnya.
Lanjutnya kedua, Rektor UIN Walisongo (Prof. Nizar Ali, M.Ag) menegaskan bahwa dengan mengangkat tema Timur Tengah dalam seminar kali ini, hal tersebut menunjukkan relevansi yang kuat dengan ilmu politik internasional.
‘’Dengan mengambil tema ini, saya rasa timur tengah dalam rangka yang kalau terkait ilmu politik yang internasional,’’tegasnya.
Lanjutnya ketiga, dengan FISIP mendirikan dua prodi ini menjadi penting untuk memberikan pengembangan kajian di fakultas dan ada relevansinya dengan visi dan misi UIN Walisongo Semarang.
‘’Penting untuk memberikan pengembangan kajian di fakultas memilih mana yang ada relevansinya dengan VISI MISI UIN Walisongo Semarang,’’.
‘’Peluang ini tentu harus dimanfaatkan betul karena kita berkontribusi besar untuk mempersiapkan generasi emas di tahun 2045,’’sambungnya.
Sebelum sambutan berakhir, Nizar Ali mengatakan bahwa Timur Tengah dikenal sebagai kawasan yang memiliki tingkat stabilitas yang cukup tinggi.
‘’Terkait dengan tema ini, timur tengah dikenal sebagai kawasan yang memiliki tingkat stabilitas yang cukup tinggi, bahkan ada yang mengatakan ideologi di pesantren itu mungkin timur tengah akan damai. Banyak faktor yang bisa ditimbulkan. Saya rasa ada tiga realitas di level global, regional, nasional kawasan ini yang merupakan geopolitik timur tengah,’’tutupnya.
Reporter : Nuke Rachma G.