FISIP Online: Semarang, Rabu 21 September 2022 FISIP UIN Walisongo kedatangan tamu dari Ambbasy of Japan di Indonesia. Dia adalah Koji Fujiwara. Koji diterima dengan hangat oleh Dekan FISIP, Dr. Hj. Misbah Zulfa Elizabeth, M.Hum beserta Wakil Dekan I, Dr. Ahwan Fanani, M.Ag dan Wakil Dekan II, Dr. H. Tolkhatul Khoir, M.Ag serta beberapa dosen FISIP. Ini adalah kali kedua Koji datang ke FISIP, setelah kedatangan pertamanya di tahun 2019 sebelum Pemilu dilaksanakan. Tidak seperti pertemuan sebelumnya yang sedikit kaku, kali ini lebih mencair tampak seperti bertemu kawan lama. Koji Juga membawakan buah tangan untuk FISIP berupa jam duduk.
Dekan dan para pimpinan FISIP menyambut baik kedatangan Koji dengan menyajikan jajan pasar untuk mengenalkan traditional snack of Indonesia seperti getuk dan mendut serta buah kelengkeng yang juga khas Indonesia. Kepada Koji, bu dekan menyampaikan bahwa buah kelengkeng merupakan buah khas Asia Tenggara guna mencairkan suasana disamping bercerita tentang film anak made in Jepang seperti Doraemon, Oshin, Naruto hingga membahas produk otomotif mobil seperti Honda, Suzuki, Mitsubhisi yang kemudian disambut gelak tawa satu ruangan.
Tujuan dari kedatangan Koji kali ini masih sama dalam rangka riset. Jika kedatangan sebelumnya, dia meriset tentang kepemiluan, demokrasi maupun politik identitas. Kali ini dia berdiskusi tentang demokrasi di Indonesia pasca pemilu, kabinet Jokowi Jilid II dan peluang calon presiden 5 tahun ke depan dan masih banyak yang lain. Ada yang menarik dari apa yang disampaikan Koji membuka diskusi dengan pimpinan FISIP. Dia bercerita bahwa orang Indonesia khususnya Jawa itu merepresentasikan Islam. Menurutnya apa yang dilakukan orang Jawa itu implementasi dari ajaran Islam seperti toleran dan ramah.
Ada yang menarik dari salah satu pertanyaan Koji, yakni terkait tentang mengapa Menteri Agama tidak dari kalangan NU atau Muhammadiyah tapi malah dari militer. Ini adalah pertanyaan yang pada waktu lalu memang ramai diperbincangkan, terlebih pada awal setelah dilantik, Menteri Agama, Fachrul Razi membuat statement yang menggegerkan publik karena dianggap too much atau berlebihan dalam merespon cara berpakaian PNS yang terlalu ekstrim seperti “celana cingkrang maupun cadar “. Pertanyaan ini dijawab bu dekan dengan santun bahwa apapun yang ditunjuk oleh presiden adalah pilihan terbaik dengan pertimbangan matang yang disesuaikan dengan permasalahan di masyarakat yang sedang berkembang seperti terorisme.
Dalam statemennya yang terakhir Koji menyampaikan mohon maaf bila menanyakan hal-hal yang dianggap sensitive. Bagi FISIP ini adalah diskusi akademis sehingga FISIP pun akan terbuka dengan berbagai pemikiran apalagi UIN Walisongo sudah mendeklarasikan diri menjadi kampus moderasi yang terbuka, toleran serta inclusive. Harapan dari dekan FISIP dari kunjungan ini adalah ke depannya FISIP bisa melakukan kerjasama yang lebih memberikan manfaat bagi FISIP khususnya dan UIN Walisongo umumnya.